Berlibur Ke Mataram


“Berlibur Ke Mataram”
                Alhamdulillah, ulangan akhir semester satu sudah kulalui dengan baik. Sebentar lagi, akhir tahun akan ku lewati. Dan itu artinya, liburan panjang akhir tahun semakin mendekat. Rencananya, aku ingin pergi ke Mataram. Aku ingin menikmati pantai Maluk yang indah. Merasakan sepoinya angin membelai rambutku. Selain itu, aku ingin menaiki alat transportasi Cidomo. Cidomo adalah alat transportasi khas Maluk yang sampai sekarang masih populer disana. Di Maluk juga terdapat pertambangan yang bernama New Mount. Berbagai barang tambang, seperti Emas dan Tembaga, dapat kita temui disana. Jalan yang berkelok-kelok dan curam menemani kita selama perjalanan ke pertambangan New Mount. Semua pemandangan tersebut terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, seperti yang kita kenal dengan ibu kotanya, Mataram. Di Maluk, masih jarang adanya pabrik-pabrik. Masih jarang adanya swalayan tempat kita berbelanja. Tapi disana, kita masih bisa menhghirup udara yang amat segar. Udaranya sangat dingin. Orang sana bilang, “Atis”. Atis artinya dingin. Jalan-jalan pun masih dirindangi oleh pepohonan.
                Jika aku jadi ke Maluk, aku ingin berjumpa dengan teman lamaku, yaitu: Afni, Isa, dan Fira. Ketika aku berumur lima tahun, aku dan mama serta sepupuku, terbang ke Maluk untuk berlibur di rumah saudaraku. Sayang, kebahagiaan dan kesedihan disana hanya bisa dirasakan oleh kami bertiga serta saudaraku yang ada disana. Ku harap, jika rencana ini terjadi, aku ingin berlibur ke Maluk bersama keluargaku. Untuk pergi ke Mataram dari Bandara Soekarno-Hatta, kita memerlukan kurang lebih waktu satu jam. Terbang dari bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) ke Bandara Ir.Djuanda (Surabaya) menghabiskan waktu kurang lebih setengah jam. Setelah sampai di bandara Ir.Djuanda, kita berangkat lagi menuju bandara I Gusti Ngurah Rai yang berada di Bali. Kita memerlukan waktu kira-kira sepuluh menit dari bandara Ir.Djuanda ke bandara I Gusti Ngurah Rai. Di bandara I Gusti Ngurah Rai, kita transit lagi ke bandara Mataram. Dua puluh menit sudah di lalui, kita pergi ke full Damri menggunakan Taxi. Untuk ke Maluk, kita harus menggunakan mobil Damri. Berhubung Mataram dan Maluk di pisahkan oleh laut Sumbawa, jadi kita harus naik kapal laut. Mobil Damri pun ikut di masukkan ke dalam kapal laut. Laut Sumbawa sudah kita lewati dengan hati cemas (Takut tenggelam. hihi), kita turun dari kapal laut. Dan tentunya, mobil Damri pun turun untuk mengangkut kita  ke Maluk. Perjalanan melewati laut Sumbawa menghabiskan waktu sehari semalam untuk sampai ke Maluk. Perjalanan yang sangat mengesankan. Pulangnya, aku tidak menaikki pesawat untuk alat transportasi. Akan tetapi, aku menaikki Bus untuk mengantarkanku sampai ke Cilegon. Namun, ada beberapa tahapan, yakni: Dari Maluk sampai ke  terminal Mataram. Dari Terminal Mataram sampai ke Jakarta. Dari Jakarta sampai ke terminal Bayangan di PCI (Cilegon). Dari terminal Bayangan sampai ke rumahku, kami menumpang mobil angkutan kota. Hmm, lelah sekali. Kenangan yang takkan kulupakan.
                Rencananya, jika tidak ada halangan, perjalanan yang paling mengesankan itu akan terulang lagi di waktu liburan akhir tahun. Selain rencana berlibur bersama keluarga, aku ingin sekali mewujudkan rencana kecilku bersama teman-teman, yaitu: ‘Mendaki Gunung Batu’. Gunung Batu merupakan gunung peninggalan cerita rakyat Dampu Awang. Dan Legenda tersebut, kini menjadi ciri khas daerahku, Banten. Do’akan semoga rencanaku berjalan lancar tanpa halangan ya!

Leave a Reply

Followers