Seru-seruan di Panggung Teater (Teater Getapri Ismail Marzuki)

                                       
“Kebaikan itu tidak dapat di kalahkan oleh kejahatan, apapun bentuknya, bagaimanapun caranya”.
       Teman-teman, setuju tidak dengan kutipan di atas? Itulah kutipan yang aku dapatkan dari pertunjukkan Teater Anak Getapri, dengan judul “Mutiara Pelangi” yang di pentaskan pada tanggal 11-03-2012 di Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki. Hari minggu yang lalu, aku, Annisa Firdaus, siswi kelas Enam A SDN Kramatwatu 2, mendapatkan kesempatan untuk menonton pertunjukkan teater anak Getapri “Mutiara Pelangi”.
       Teater anak Getapri ini, di dirikan oleh Om Agus Smok pada tahun 1.985. Pada mulanya, Teater Getapri selalu mementaskan pertunjukkan teater untuk orang dewasa. Tapi, tidak untuk sekarang. Sejak bulan Januari 2012, Teater Getapri membuka sanggar anak-anak Getapri dan mementaskan pertunjukkan teater berbau anak-anak. “Karena bunda percaya, semua anak Indonesia itu Kreatif, dan bisa tampil percaya diri. Jadi, bunda sediakan wadah untuk anak-anak Indonesia menumbuhkan bakatnya dalam bidang kesenian,” jelas bunda Siti Artati, sebagai pendiri kembali Teater Getapri, juga sebagai sutradara dari pertunjukkan teater anak Getapri yang berjudul “Mutiara pelangi”. 
       Mutiara Pelangi merupakan produksi ketiga teater anak Getapri karya Om Santosa Amin, dengan Sutradara Bunda Siti Artati, serta penata gerak Iphie Lubis dan Siska Polii. Sebelumnya, teater anak Getapri menampilkan dua buah pertunjukkan teater yang berjudul “Anak-anak Pemberani”, dan “Kerajaan Burung” yang di tampilkan pada bulan Januari dan Februari lalu.
       Mutiara pelangi merupakan mantra yang membuat mahkluk hidup tenang meskipun banyak pertentangan dimana-mana karena kekuasaan. Tetapi, di hutan Kebahagiaan yang di huni oleh BeeBee dan kawan-kawannya yang selalu gembira, tiba-tiba di rusak oleh kehadiran seorang peri yang ingin menguasai hutan Kebahagiaan. Namun, peri itu lupa jika kebaikan itu tidak dapat di kalahkan oleh kejahatan, apapun bentuknya, bagaimanapun caranya.
       Teater “Mutiara Pelangi” ini mengajarkan kita untuk menjaga lingkungan, hidup damai dan bersih. Sahabat Medi harus menjaga kebersihan dan melindungi lingkungan ya. Siapa tahu, jika teman-teman kotor, di datangi Peri Jelaga yang jahat. Hati-hati ya!
       Tidak hanya itu, selain menonton pertunjukkan teater anak Getapri “Mutiara Pelangi”, aku juga mendapatkan kesempatan untuk mewawancarai beberapa pemainnya. Salah satunya, Kawai Labibah Matilda Ahmad, yang berperan sebagai BeeBee, anak lebah yang baik hati dan juga imut. Anak yang duduk di bangku kelas Tiga SD Krishna ini mengaku sudah tiga kali tampil dalam pertunjukkan teater anak Getapri. Dia bermain teater sejak berusia 3 tahun. Lain halnya dengan Detri si Belalang, dan Della si Anak Kedua. Kedua anak ini mengaku baru bermain teater pada bulan Januari dan sudah tampil dalam dua pertunjukkan teater anak Getapri.
       Kira-kira, apa ya, yang membuat mereka tertarik untuk bermain teater?   
“Bermain teater itu seru! Menyenangkan, juga tidak bosan,” ucap Kawai yang biasa di sapa Kei. Di sanggar anak-anak Getapri ini, di dominasi oleh anak-anak yang berusia sekitar lima sampai delapan tahun. Tapi, ada juga loh, pemain teater yang berusia dua tahun. Para pemain teater mengaku, bahwa mereka ingin bermain teater dengan kemauan sendiri, tanpa ada paksaan dari siapapun. Disini, mereka merasa jadi lebih percaya diri dan mendapatkan pengalaman baru. “Bunda Tati-nya juga asyik! Tidak pernah memaksakan kehendak sendiri, dan selalu memberikan pengarahan yang positif. Pokoknya seru!” ucap Gaung si Babi Pinky.
     Sulit tidak ya, memerankan tokohnya?                                                                                                  “Enggak, malah Asyik kok. Terus, enggak bosan lagi,” jawab Rere si Bebek Cerewet. Dalam pertunjukkan teater anak Getapri “Mutiara Pelangi”, pemainnya dubbing menggunakan rekaman suaranya sendiri, ternyata, tidak semudah yang di bayangkan loh, Untuk mengikuti suara rekamannya! Jadi, kita harus menyamakan pembentukan pengucapan bibir dengan suara rekamannya. “Agak sulit sih, mengikutinya supaya sama. Tapi menurutku, yang paling susah itu, ketika adegan menangis. Jadi, harus benar-benar menghayati peran,” kata Kei si BeeBee.
       Lelah tidak ya, bermain teater?                                                                                                              “Lelah iya, tapi seru. Jadi gak kapok aku main teater,” Della si anak Kedua menjawab. Aku lihat, kok, hampir semua pemain teater mengenakan kaos hitam ya? Kata bunda Tati, “Supaya jika ada warna lain, jadi lebih menonjol”. Ohh. Dalam teater, warna hitam bukanlah lambang kegelapan atau merupakan warna mati, jika kita memadukan warnanya dengan cermat. Berarti, hebat sekali ya, kru di belakang panggungnya yang telah membuat petunjukkan teater “Mutiara Pelangi” berwarna. Seperti salah satu penata kostumnya, tante Mimah, yang tidak lain merupakan ibu kandung dari Kei si BeeBee.
       Apakah pernah ada yang kecelakaan dalam memainkan setiap perannya?                                              “Alhamdulillah, sampai sekarang belum ada yang mengalami kecelakaan. Karena sebelumnya, tante sudah mengarahkan kepada para pemain teater untuk selalu jaga kesehatan dan mengontrol diri ketika di atas panggung,” jelas bunda Tati. Jika ada kesalahan teknis, mereka tetap percaya diri dan semangat. Seolah-olah tidak terjadi kesalahan apapun.
       Teman-teman, ternyata, beberapa pemain teater anak Getapri memiliki hubungan keluarga sekandung. Seperti kakak beradik: Gaung si babi Pinky dengan Detri si belalang. Aura si Burung dengan Jelang si Serigala. Serta Audrey si Burung dengan Farell si Tikus. Farell mengaku bahwa dirinya ikut bermain teater karena ingin seperti kakaknya, Audrey. Begitu pula dengan Detri dan Jelang.
       Para pemain teater anak Getapri merupakan anak Indonesia yang berani, selalu semangat, dan cerdas. Ketika ingin menampilkan sebuah pementasan teater, para pemain teater berlatih tiga kali dalam seminggu. Setiap pertemuan, menghabiskan waktu satu sampai dua jam. Ternyata, waktu berlatihnya tidak banyak ya. “Bunda tidak mau, dengan anak-anak berlatih teater sampai melupakan tugasnya sebagai pelajar. Jadi, bunda takut mengganggu jadwal sekolah,” jawab bunda Tati ramah. Beberapa pemain teater, seperti Jelang si Serigala mengaku, sering membawa buku pelajaran ke tempat latihan. Walaupun sibuk bermain teater, mereka juga tetap mengutamakan pendidikan.
       Jika sudah besar, para pemain teater mau jadi apa ya? Penasaran?                                        
“Kalau aku besar nanti, aku mau jadi pemain teater seperti Bunda Tati,” jawab siswi kelas Tiga SD Krishna yang di sapa Kei. Beda lagi jawabannya dengan Della, siswi kelas Dua SDN Panunggangan sepuluh, “Jika sudah besar, aku mau jadi Artis”. Semoga tercapai ya!
       Untuk anak Indonesia yang menyukai teater, belajar yang giat ya, untuk bermain teater. Tapi, jangan sampai kewajibannya sebagai pelajar di tinggalkan. Yang ingin menonton pertunjukkan teater dari ‘Sanggar Anak-Anak Getapri’, datang saja ke Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail marzuki, Jalan Cikini Raya No 73, Jakarta Pusat (10330).
Salam,                                                                                                                                              
Sahabat Medi.


      
        

Followers